Langsung ke konten utama

4 Ciri Orang Tidak Ihklas dalam Memberi dan Menolong Orang Lain

Memberi sesuatu dan menolong orang lain, adalah perbuatan yang mulia dimata manusia. Tapi belum tentu mulia dimata Tuhan alias tak kan ada nilainya jika itu dilakukan tidak dengan ikhlas. Ikhlas maksudnya, tanpa berharap apapun dari siapapun. Dan itu tidak bisa diketahui oleh siapapun kecuali oleh diri kita sendiri dan Tuhan. Karena ikhlas tidak ikhlas itu adalah sikap bathin. Tersembunyi didalam hati. Tapi meski demikian gejala-gejalanya biasanya tetap akan memancar keluar dalam bentuk prilaku zahir kita. Contoh prilaku yang menggambarkan tidak ikhlas misalnya:

Pertama kita sering menyebut-nyebut pemberian dan pertolongan itu pada orang lain. Baik pada sembarang orang apalagi langsung pada orang yang kita beri atau kita tolong tersebut. Baik jika itu kita nyatakan secara vulgar maupun dengan cara halus dan berkelok-kelok. Itu adalah kata lain dari bahwa diri kita berharap pengakuan dari orang lain, betapa dermawan, betapa baik dan betapa mulianya diri kita. Itu bukti bahwa diri kita diam-diam dikuasai oleh hawa nafsu kita sendiri. Rakus dengan pengakuan dan pujian dari sesama mahkluk.

Kedua kita jadi suka bercerita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita asyik menyebut-nyebut bahwa diri kita lebih toleran, lebih peduli, lebih murah hati dan sejenisnya dibanding orang lain. Baik jika itu kita nyatakan secara vulgar, maupun dengan cara memolesnya dengan pengakuan, bahwa kita tidak tega setiap melihat orang lain kesusahan. Intinya tujuan halus kita dibalik semua itu tetap sama dengan ciri yang pertama, yaitu betapa baik, betapa dermawan dan betapa mulianya diri kita. Lalu berharap agar orang lain mengakui tentang itu.

Ketiga sikap dan prilaku kita jadi berubah setelah memberi dan menolong orang, baik terhadap orang lain secara umum, apalagi terhadap orang yang kita beri pertologan tersebut. Perubahan itu misalnya kita berlagak ngeboss, atau seperti dewa penyalamat atau seorang pahlawan yang harus dihormati, dipatuhi dan disanjung-sanjung oleh orang lain.

Termasuk kita juga jadi lancang pada orang lain gara-gara itu. Misalnya jadi suka memonopoli pembicaraan seakan diri kita adalah ukuran segalanya yang harus diakui. Lalu kita juga jadi suka mendoktrin, memerintah dan semena-mena pada orang lain. Singkatnya kita berlagak seperti itu dengan niat agar orang melunasi kembaliannya untuk diri kita karena sebelumnya kita sudah duluan memberikan uang muka yang sangat berharga untuk orang lain. Jadi sesudahnya kita sengaja menuntut bayaran kembalinya dalam bentuk yang berbeda.

Jika pengakuan, pujian, sikap tunduk dan patuh orang lain itu tidak kita dapatkan, maka sikap kita akan berubah dengan sendirinya. Misalnya kita jadi dingin, sentimen, bermusuhan, bengis, marah dan dendam pada orang tersebut.

Ciri keempat adalah ciri yang senyap. Ini tidak ada yang tahu kecuali hanya diri kita sendiri dengan Tuhan. Sejak kita memberi dan menolong orang lain, kita sering ingat bahkan sengaja mengingatnya bahwa kita pernah melakukan itu. Lalu diam-diam semua harapan seperti ketiga prilaku sebelumnya jadi terbesit di hati kita. Bedanya semua itu tidak pernah kita nyatakan secara lisan pada siapapun. Tapi dalam hati semua itu tetap berlalu lalang dalam pikiran kita.

Faktanya,
Begitu sulit kita bisa selamat dari sikap pamrih seperti itu setelah memberi dan menolong orang lain. Mungkin dari sikap pamrih yang kentara secara zahir kita bisa menahan diri. Tapi belum tentu  secara diam-diam dalam hati. Hawa nafsu dan bisikan Setan akan selalu membujuk kita agar terlena dan masuk perangkap rasa bangga dan butuh pengakuan akan hal itu tanpa kita sadari.

Hanya dengan mendekatkan diri pada Tuhanlah kita bisa sadar dan terhindar dari sikap seperti itu. Karena jika iman kita pada Tuhan sudah pekat, kita akan sadar bahwa sikap pamrih itu seperti kayu bakar yang menghanguskan sikap pemurah, kelembutan dan ketulusan hati kita. Kita akan merasa malu dihadapan Tuhan. Lalu jadi sering memohon pertolonganNya agar sikap seperti itu dijauhkan Tuhan dari hati kita, sambil tetap waspada dan terus melatih diri untuk itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Bahaya Ingin Cepat Makrifat: Masuk Perangkap Setan!

Makrifat maksudnya tentu saja makrifatullah. Mengenal Allah. Mengenal maksudnya bukan hanya tahu secara teori (ilmul yaqin). Tapi memang sudah merasakan kehadiran (hudur) Tuhan dalam hati. Sudah menjadi pengalaman yang menyelimuti diri (haqqul yakin). Yang pertama itu disebut sebagai teori tentang makrifat. Sedang yang kedua adalah pengalaman makrifat. Kalau hanya sekedar makrifat secara teori, itu baru sekedar informasi biasa. Ibaratnya persis seperti kita berpikir, bercerita dan membayangkan tentang sentrum arus listrik. Tapi kita sendiri belum pernah kena sentrumnya. Tapi jika makrifat itu sudah menjadi pengalaman, ibaratnya sama dengan orang yang sudah kena sentrum langsung oleh arus listrik. Sekujur tubuhnya akan geger. Mukanya pucat, jantungnya berguncang hebat dan kesadarannya akan remuk dalam seketika. Dia mendadak jadi blank. Hilang kesadaran. Menjadi fana dalam sekejap. Setelah siuman dan sadar, dia akan jadi melongo. Terdiam sambil geleng-geleng: “Benar benar mengerika...

Arti Dibalik Isteri Selalu Ketus, Kasar, Marah-marah dan Tak Peduli Perasaan Suami

Bila isteri wataknya sudah berubah menjadi temperamen, sering marah-marah pada kita dan siapapun, mau ada sebab yang jelas atau tidak, ekspresi mukanya tak lagi sejuk pada kita, mulutnya sering ketus, kasar tanpa pernah lembut atau sentuhan perasaan lagi, maka sadarilah, itu tandanya masa expire   hatinya untuk kita sudah tiba.   Mau dia kita nasehati, kita sindir, kita ngambeg, kita diam, apalagi kita marahi, pengaruhnya tak kan ada. Jangankan dia akan menangis, yang terjadi malah dia akan berbalik menerkam kita. Termasuk jika dia kita ancam dengan perceraian pun, air mata cemas dan sedihnya juga tak kan keluar. Paling tinggi yang keluar hanya air mata buayanya. Singkatnya apapun usaha yang kita lakukan, akan percuma. Nasib kita sama dengan meninju tembok. Semakin kita bernafsu untuk memukulnya, maka kita yang akan semakin terluka dan bernanah. Atau seperti Punguk merindukan Bulan. Mau menghiba-hiba hingga menangis darah pun, dia tetap tak kan peduli apalagi berubah. ...