Langsung ke konten utama

Jalan Licin Makrifat: Perkelahian Aku dengan Engkau

Ketika aku kecewa, sedih, bahkan sakit hati karena orang lain, Engkaulah yang bermain dibalik semua itu. Engkaulah yang membuat diriMu bertingkah melalui orang itu di hadapanku. Dan Engkau juga yang merespon murung dan negatif terhadap orang itu melalui diriku.

Itu sebabnya betapapun aku bersikeras untuk menolak diriku agar tidak murung, sedih dan sakit hati, tidak bisa. Apalagi berharap dan bersikeras ingin mengubah perlakuan orang itu terhadapku. Karena kunci pandora semuanya adalah pada Engkau. Jika Engkau ingin murung, sedih dan sakit hati melalui diriku, maka itulah yang aku rasakan. Bagaimana pun aku tak kan bisa keluar dari perasaan seperti itu.

Tapi jika Engkau berkehendak, agar orang itu berubah sikapnya padaku, tanpa aku berharap dan bertindak apapun, dia juga akan berubah dengan sendirinya. Karena Engkaulah yang mengubahnya, dalam arti, Engkau mengubah diriMu sendiri melalui orang itu.

Tapi jika Engkau berkehendak, agar orang itu berubah sikapnya padaku, tanpa aku berharap dan bertindak apapun, dia juga akan berubah dengan sendirinya. Karena Engkaulah yang mengubahnya, dalam arti, Engkau mengubah diriMu sendiri melalui orang itu.

Begitupun dengan responku. Mau aku berjuang atau tidak, jika giliran Engkau sudah menghendaki aku berubah, maka responku juga akan berubah dengan sendirinya tanpa susah payah. Karena Engkau sendiri yang sudah bekehendak mengubah diriMu melalui diriku.

Intinya,
Tak ada yang bisa kuperbuat selain hanya menyerah. Menyerah total padaMu. Jika Engkau kehendaki aku diam, maka diamlah aku. Tapi jika Engkau kehendaki aku berbuat sesuatu, maka berbuatlah diri ini tanpa dapat kutahan. Begitulah tentang apapun terhadap diriku, siapapun dan apapun. Semua tak punya pilihan. Mau setuju tidak setuju, atau suka suka tidak suka, atau lagi rela tidak rela, akan tetap dipaksa tunduk pada kehendak dan perbuatanMu sendiri.

Karena itu jika aku masih punya keinginan apapun, atau menolak dan protes terhadap apapun, hanya sia-sia. Itu hanya akan menyiksa diriku sendiri. Jika aku tak tersiksa karena keinginanku karena ada keinginanku yang tercapai, itu hanya faktor kebetulan. Kebetulan apa yang kuinginkan, sejalan dengan apa yang Engkau kehendaki. Tapi jika tak sejalan, maka aku akan remuk sendiri.

Yang jadi pertanyaan bagiku, siapakah aku ini?
Aku yang merasa ini. Aku yang berpikir ini. Aku yang menyaksikan Engkau ini.

Apakah aku ini pikiranku?
Apakah aku ini perasaanku?
Apakah aku ini hatiku?
Apakah aku ini nafsuku?
Atau apa?

Itu yang belum kutemukan jawabannya.

O Tuhan ....
Engkau Maha Luar Biasa. Engkaulah Dzat yang Maha Kreatif.  Semakin kuselami tentang diriMu, semakin aku terpesona dan sekaligus merasa tak berdaya. Setiap satu misteri tentangMu terjawab, maka berbagai misteri lain tentangMu serentak jadi menganga dengan sendirinya. Begitulah seterusnya.


Akhirnya kupilih untuk menyerah.
Aku rela pasrah padaMu Tuhan.
Karena tak ada gunanya aku bersikeras untuk begini dan begitu. Toh aku ini juga Engkau. Aku tak kan bisa seperti yang kuinginkan. Walaupun hingga kini kuakui, untuk bisa selalu sadar begitu, minta ampun sulitnya. Tetap saja aku masih sering merasa diriku ini adalah aku, alias bukan Engkau. Ampuni hamba ya Allah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Arti Dibalik Isteri Selalu Ketus, Kasar, Marah-marah dan Tak Peduli Perasaan Suami

Bila isteri wataknya sudah berubah menjadi temperamen, sering marah-marah pada kita dan siapapun, mau ada sebab yang jelas atau tidak, ekspresi mukanya tak lagi sejuk pada kita, mulutnya sering ketus, kasar tanpa pernah lembut atau sentuhan perasaan lagi, maka sadarilah, itu tandanya masa expire   hatinya untuk kita sudah tiba.   Mau dia kita nasehati, kita sindir, kita ngambeg, kita diam, apalagi kita marahi, pengaruhnya tak kan ada. Jangankan dia akan menangis, yang terjadi malah dia akan berbalik menerkam kita. Termasuk jika dia kita ancam dengan perceraian pun, air mata cemas dan sedihnya juga tak kan keluar. Paling tinggi yang keluar hanya air mata buayanya. Singkatnya apapun usaha yang kita lakukan, akan percuma. Nasib kita sama dengan meninju tembok. Semakin kita bernafsu untuk memukulnya, maka kita yang akan semakin terluka dan bernanah. Atau seperti Punguk merindukan Bulan. Mau menghiba-hiba hingga menangis darah pun, dia tetap tak kan peduli apalagi berubah. ...