Langsung ke konten utama

99% Orang Islam Belum Tentu Beriman

Apa tandanya bahwa kita telah beriman pada Tuhan?

Jawaban sederhananya adalah, yang ada di hati kita hanya Tuhan. Bukan mahkluk. Bukan uang, bukan karir, bukan bisnis, bukan alam, bukan anak, bukan isteri, bukan suami, bahkan bukan diri kita sendiri. Intinya yang bersemayam di hati kita bukan selain Tuhan. Tapi hanya Tuhan saja. Ruang bathin kita menjadi full Allah.

Itu artinya,
Kemana pun kita memandang, yang terlihat oleh mata hati kita hanya Allah. Dibalik setiap yang tampak, terbayang di hati kita bahwa Allahlah yang menciptakan semua itu. Semua itu adalah tajali atau penampakkan perbuatan dan iradat Allah di dunia ini.

Termasuk dalam setiap yang kita lakukan, niat hati kita adalah untuk dipersembahkan pada Allah. Karena tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk mengabdi padaNya. Karena yang disebut mengabdi pada Allah bukan hanya beribadah seperti sholat, puasa, zakat dan sejenisnya. Tapi sepanjang hidup kita, mau apapun kita, adalah dalam rangka mengabdi padaNya. Bukti mengabdi itu adalah, semua yang kita lakukan, niatnya untuk Allah. Untuk dipersembahkan pada Allah. Bukan karena kita suka melakukannya. Bukan untuk kesenangan kita. Bukan untuk mengejar impian kita. Apalagi untuk pamer dan bermegah-megah diri. Itu namanya kita berbuat untuk memuaskan hawa nafsu kita. Jika itu yang terjadi berarti Tuhan kita adalah hawa nafsu kita sendiri.

Bahkan saat Sholat pun, yang ada di hati kita juga hanya Allah. Bukan pahala, bukan menghindar dari azab, bukan agar dapat kemudahan, bukan agar rezeki lancar, bahkan bukan untuk mendapatkan rasa nyaman di hati. Tapi adalah, untuk bertemu dengan Tuhan. Bertemu dengan Tuhan maksudnya, Tuhan benar benar terasa hadir di hati kita. Benar benar merasuk di lubuk hati kita yang paling dalam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ciri-ciri Orang yang Menipu Tuhan

Tidak semua orang yang rajin beribadah itu adalah orang yang beriman pada Tuhan. Umumnya mereka adalah orang yang menipu Allah. Mereka melakukan semua itu hanya untuk bersiul dan membanggakan diri. Mereka menggunakan ibadah itu sebagai perhiasan dirinya di hadapan orang lain. Sedang hatinya, buta dan tuli terhadap Allah. Termasuk tidak semua yang berbicara tentang Tuhan dan agama Allah itu adalah orang yang beriman pada Tuhannya. Umumnya mereka juga menggunakan hal itu sebagai hiasan dirinya dihadapan orang lain. Mereka gunakan itu untuk saling berbantah-bantah. Atau untuk saling bermegah-megah diri dengan sedikit ilmu yang mereka dapatkan. Mereka yang demikian adalah orang-orang yang berdusta. Mereka sibuk mengejar kemegahan dunia dengan menjual agama Allah. Tidak ada yang bersamayam di hati mereka kecuali hanya mabuk mengejar kemegahan duniawinya. Atau untuk memuaskan selera hawa nafsunya. Begitu juga dengan mereka yang melarikan diri pada Allah karena tak tahan menerima kepe...

Mesin Produksi dan Cara Kerja Riya (Gila Pamer) dalam Diri Kita

Jika hati kita memang condong pada pencitraan diri, maka basa basi, kepura-puraan, kemunafikan dan sejenisnya akan otomatis menjadi pakaian kepribadian kita. Mau dipoles, dibelokkan dan ditutup dengan cara apapun, isinya akan tetap sama. Tak kan beranjak dari dusta. Dan itu termasuk salah satu jenis penyakit hati, yaitu ambisi untuk bermegah-megah diri dan riya atau gila pamer.

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...