Sebenarnya
ada banyak titik lemah suami yang bisa jadi andalan isteri untuk meremehkan dan
melumpuhkan suaminya. Tapi 2 hal yang paling lazim adalah, kebangkrutan
finansial dan syahwat suami pada isterinya. Tapi diantara kedua hal itu yang
paling sensitif dan empuk bagi isteri untuk menyiksa suaminya adalah, hasrat
seksual suaminya.
Selagi
seorang suami begitu berhasrat secara seksual pada isterinya, maka selama
itulah seorang suami tak kan bisa lepas dari azab isterinya. Dia akan bagaikan
anak kecil yang meronta-ronta minta permen pada isterinya. Sehebat dan
secanggih apapun seorang suami menguatkan dirinya dengan berbagai cara, agar
tidak diperlakukan semena-mena oleh isterinya, akhirnya akan tetap runtuh bila
libidonya telah bergejolak ingin dilayani.
Bukankah
suami yang seperti itu adalah dambaan seorang isteri? Dimana suaminya itu
begitu tergila-gila secara seksual terhadap dirinya? Sehingga syahwatnya tak kan
berpaling pada wanita lain?
Iya, jika seorang isteri masih mencintai suaminya. Iya bila hati seorang
isteri, masih utuh pada suaminya. Tapi jika tidak, apalagi sudah tak cinta sama
sekali, maka hal itu justru menjadi andalan bagi seorang istri untuk merajam
suaminya secara psikologis. Itu akan membuat dia merasa diatas angin. Lalu
menggunakan itu sebagai senjata perbudakan secara mental.
Karena
itulah jalan satu-satunya untuk bisa lepas dari perbudakan isteri seperti itu
adalah, padamnya nafsu syahwat suami terhadap isterinya. Benar benar tidak
berselera lagi pada isterinya secara seksual.
Tapi
itulah yang maha sulit.
Karena secara biologis, itu adalah insting alami seorang laki-laki normal.
Kebutuhan badani yang tak bisa dibuang.
Lalu
adakah jalan keluarnya?
Berdasarkan pengalaman saya, tak ada kecuali jika mendapat pertolongan dari Tuhan. Ketika Tuhan
sendiri yang membuat seorang suami jadi tak berselera lagi terhadap isterinya. Karena
bagi Tuhan, apapun tak ada yang mustahil. Dengan catatan, jika Tuhan
menghendaki kita seperti itu. Jika Tuhan ingin menyelamatkan kita, apapun bisa
terjadi dengan mudah untuk kita. Tuhan yang mentakdirkannya.
Jika itu yang terjadi, maka kita tak butuh trik dan jurus apapun. Langsung
terjadi begitu saja. Tapi jika Tuhan tidak menolong kita, maka kita akan tetap
tersiksa tanpa berkesudahan.
Komentar
Posting Komentar