Langsung ke konten utama

Sekali Bernafsu, Selanjutnya akan Tetap Nafsu

Prilaku nafsu itu sama dengan sel. Dia begitu cepat membelah diri. Atau seperti urat penyakit kanker. Sekali dia menancap, maka seribu akarnya dalam seketika langsung beranak pinak menguasai tubuh.

Suatu kali saat Sholat Zuhur, pada rakaat kedua tiba tiba kekhusyukan saya buyar.  Padahal dari awal mulai, suasana hati saya sudah mulai merasuk. Bawaannya sudah langsung sedih. Mulai terasa rindu pada Tuhan. Dan begitu mulai sholat di rakaat pertama, saya sudah meleleh tak tertahankan. Berlinang air mata. Haru, rindu dendam, kobet, nelongso, lengkap sudah rasanya. 

Tapi entah kenapa kemudian, saat memasuki rakaat kedua, pikiran ini melenceng saja menghayal tentang membuat baju kaos. Baju kaos khusus dengan motif nama Channel yang saya buat di YouTube. Terbayang seperti apa logonya, warnanya, posisi logonya di bagian depan dan belakang. Andaikata kaos itu berhasil dicetak dengan bagus, juga terbayang respon orang melihat saya mengenakan kaos itu. Orang orang akan banyak tanya dan sekaligus akan memuji. Wow ... alangkah bangganya. Jangan dikira saya ini hanya gaek kuno yang sudah lapuk. Gini gini tetap keren kok. Bila perlu tidak hanya satu Channel yang saya buatkan kaosnya. Tapi 2 sekaligus. Biar orang orang pada heran, ternyata saya punya lebih dari 1 Channel di YouTube. 

Astagfirullaah ... kok jadi melajur kesini?
Astagfirullahaladzim ... Dasar nafsu. Tampaknya nafsu ini benar benar tak bisa dianggap spele. Harus menjadi target pembunuhan yang serius kalau memang saya benar benar serius ingin menempuh jalan menuju Tuhan. Sekali saja hawa nafsu terlayani, langsung secepat kilat selera, hasrat dan impian nafsu itu merajalela tanpa dapat dibendung. Hasilnya, tak kan beranjak dari tamak, ujub, takjub dan sombong. Kumpulan penyakit hati yang menghijab hati dengan Tuhan.

Padahal sejak saya mulai hidup dengan iman, sudah lama atau sudah berbulan bulan saya tak dirasuki lagi oleh obsesi beruntun seperti itu. Karena setiap khayalan nafsu apapun muncul di pikiran ini, langsung saya tebas dengan tegas. “Tidak ... tidak! Ini nafsu. Ini jebakan”.

Tapi begitulah,
Yang namanya nafsu, tak kan pernah henti menggoda agar manusia jadi lalai, lupa, bahkan ingkar pada Tuhan sebagai Pencipta segalanya. Nafsu itu adalah musuh azali dan abadi manusia. Tak kan pernah mati. Sampai manusia menemui ajalnya. Karena itulah jihad melumpuhkan hawa nafsu itu adalah jihad paling utama dari segalanya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ciri-ciri Orang yang Menipu Tuhan

Tidak semua orang yang rajin beribadah itu adalah orang yang beriman pada Tuhan. Umumnya mereka adalah orang yang menipu Allah. Mereka melakukan semua itu hanya untuk bersiul dan membanggakan diri. Mereka menggunakan ibadah itu sebagai perhiasan dirinya di hadapan orang lain. Sedang hatinya, buta dan tuli terhadap Allah. Termasuk tidak semua yang berbicara tentang Tuhan dan agama Allah itu adalah orang yang beriman pada Tuhannya. Umumnya mereka juga menggunakan hal itu sebagai hiasan dirinya dihadapan orang lain. Mereka gunakan itu untuk saling berbantah-bantah. Atau untuk saling bermegah-megah diri dengan sedikit ilmu yang mereka dapatkan. Mereka yang demikian adalah orang-orang yang berdusta. Mereka sibuk mengejar kemegahan dunia dengan menjual agama Allah. Tidak ada yang bersamayam di hati mereka kecuali hanya mabuk mengejar kemegahan duniawinya. Atau untuk memuaskan selera hawa nafsunya. Begitu juga dengan mereka yang melarikan diri pada Allah karena tak tahan menerima kepe...

Mesin Produksi dan Cara Kerja Riya (Gila Pamer) dalam Diri Kita

Jika hati kita memang condong pada pencitraan diri, maka basa basi, kepura-puraan, kemunafikan dan sejenisnya akan otomatis menjadi pakaian kepribadian kita. Mau dipoles, dibelokkan dan ditutup dengan cara apapun, isinya akan tetap sama. Tak kan beranjak dari dusta. Dan itu termasuk salah satu jenis penyakit hati, yaitu ambisi untuk bermegah-megah diri dan riya atau gila pamer.

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...