Terlalu
cinta dan terlalu benci pada isteri, status dan bahayanya sama. Sama-sama akan
jadi tabir antara seorang suami dengan Tuhannya. Karena yang ada di hatinya melulu
hanya isterinya. Bukan Tuhan.
Terlalu
cinta dengan isteri, hati seorang suami akan menghamba pada isterinya. Sedang
terlalu benci pada isteri, seorang suami akan sibuk memikirkan kelakuan
isterinya tiada henti. Keduanya sama sama produk hawa nafsu. Sama-sama berhajat
pada mahkluk. Sama-sama berharap respon dari mahkluk.
Yang
akan menyelamatkan, adalah ketika isteri tak lagi terbetik di hati seorang
suami. Lalu berganti dengan hanya sibuk memikirkan dan merindukan Tuhan.
Walaupun tubuhnya secara zahir, tetap bersama isterinya. Dan walaupun kepeduliannya
secara tanggung jawab, tetap terjadi pada isterinya. Tapi yang dituju, yang dipuja
dan yang dielu-elukan hatinya, hanya Tuhan.
Lalu
apakah itu mudah?
Sangat tidak mudah dan sekaligus juga sangat mudah. Tergantung.
Karena yang bisa membuat itu terjadi, hanya ketika seorang suami dapat warid
atau petunjuk dari Tuhan. Ketika Tuhan memang menarik hatinya untuk kembali
pada Tuhan. Ketika Tuhan sendiri yang menyulap hatinya.
Jika itu yang terjadi
maka hatinya akan berpaling dengan sendirinya pada Tuhan tanpa dapat dia
bendung. Apapun kelakuan isterinya, tak kan berpengaruh lagi pada dirinya. Dia
tidak akan terpesona dan terdaya sekaligus juga tak akan membenci isterinya
lagi. Ibarat madu, saripati manisnya isteri itu sudah hilang. Rasanya sudah
tawar bahkan bisa hambar. Dan ibarat sebuah belati, mata pisau isterinya, sudah
tak bisa menyayat dirinya lagi. Tak kan bisa lagi melukai hatinya lagi. Chemistry
dan kekuatan isteri itu, sudah tak ada lagi di hatinya. Keberadaannya tak
memberi bekas lagi terhadap dirinya.
Tapi jika tidak, atau tanpa pertolongan dari Tuhan, maka mau sekuat apapun seorang
suami berjuang untuk itu, tak kan pernah bisa terjadi. Karena secara
hakikatnya, manusia itu tak punya kekuatan apapun untuk dirinya sendiri. Dia
tidak bisa membuat mudhorat dan sekaligus memberi manfaat untuk dirinya sendiri.
Hanya kehendak Tuhan yang bisa membuat hal itu terjadi. Termasuk untuk bisa lepas hatinya dari perbudakan
mental karena terlalu cinta pada isterinya, atau sibuk memikirkan kelakuan isterinya
hingga dia sendiri jadi tersiksa. Hanya Tuhan yang bisa membebaskannya dari
kedua perangkap itu.
Komentar
Posting Komentar