Langsung ke konten utama

Bahaya Mengeluh, Protes dan Minta-minta pada Tuhan

Mengeluh sekaligus minta-minta pada Tuhan, berbeda dengan berdoa pada Tuhan. Sederhananya berdoa adalah berharap dan memohon pada Tuhan. Yang namanya berharap dan memohon, bukan memaksa Tuhan. Bukan mendikte Tuhan agar memenuhi segala selera atau keinginan kita. Tapi justru kita sadar akan posisi kita sebagai hamba dihadapan Tuhan. Lalu kita butuh pertolongan dari Tuhan.

Jadi doa itu adalah kata lain dari ekspresi sikap dan adab merendahkan diri di hadapan Tuhan. Isak kefakiran dan kepapaan kita dihadapan Tuhan.  Tanpa minta ganti rugi apapun. Tanpa memaksa Tuhan harus bereaksi begini dan begitu untuk kita. Karena kita sadar, bahwa dibalik setiap cobaan yang diberikan Tuhan untuk kita, pasti ada rahmat tersembunyi yang akan diberikan Tuhan seusdahnya. Jadi penderitaan itu tidak dihayati sebagai siksaan atau sikap pilih kasih Tuhan. Melainkan sebagai nikmat terbalik dari Tuhan untuk kita.

“Ya Tuhanku. Aku sadar ini cobaan berat dariMu untukku. Aku hanya berharap kemurahanMu ya Allah. Berilah aku kesanggupan untuk menerima dan melewatinya”.

Sedang mengeluh dan minta-minta pada Tuhan adalah kata lain dari protes dan rewel pada Tuhan. Kita tidak terima apa yang diberikan Tuhan untuk kita. Kita menolak diberi cobaan oleh Tuhan. Lalu protes agar semua itu segera dihilangkan Tuhan dari diri kita.

“Kenapa Engkau jadikan aku begini ya Tuhan? Apa salahku hingga aku disiksa sekejam ini? Kenapa bukan cobaan yang lain yang Engkau berikan padaku? Lalu kenapa si Anu Engkau biarkan enak-enak saja tanpa cobaan seperti ini dariMu? Padahal mereka justru .... Sedang aku justru ....

Jadi tolonglah aku ya Tuhan. Keluarkanlah aku dari penderitaan ini. Atau gantilah dengan penderitaan lain yang tidak seberat ini“

Sadarilah.

Kita tidak berhak mempertanyakan Tuhan. Apalagi mengatur Tuhan. Karena Tuhan itu adalah Dzat yang Maha Sempurna. Begitu juga dengan kehendak dan perbuatanNya, juga otomatis akan Maha Sempurna. Yang cacat, hanya pengetahuan dan pemahaman kita tentang itu. Akal kita tak mampu memahami rahasia dibalik setiap kehendak dan perbuatan Tuhan untuk kita.

Artinya kita mau protes dan minta minta hingga menangis darah pun, sama sekali tidak akan bisa mengubah apa yang sudah jadi ketentuan atau takdir Tuhan untuk kita. Jadi apapun yang dilakukan Tuhan terhadap kita, sebenarnya tak ada pilihan bagi kita selain hanya menerimanya. Setuju tidak setuju, suka tidak suka, rela tidak rela, tetap saja apa yang Dia kehendaki yang akan terjadi dalam hidup ini. Karena memang Dialah Pemilik kerajaan langit dan bumi ini.

(Allah) tidak ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.” (QS Al-Anbiya : 23)

“Mengapa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal, hanya kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan”. (QS Ali Imran : 83)

Intinya jika hati kita menolak kenyataan apapun yang menimpa kita, maka kita akan 3 kali tersiksa. Pertama tersiksa secara zahir. Dan kedua tersiksa secara bathin. Itulah neraka yang kita tanggung saat hidup di dunia. Lalu sebagai kelanjutannya, gara-gara kita tidak rela atau tidak ridho atas semua itu dimana itu adalah kehendak Tuhan juga untuk kita, maka di akhirat nanti kita juga akan disiksa lagi oleh Tuhan.

Tapi jika kita menerimanya dengan tulus dalam hati, maka yang susah, hanya tubuh kita secara zahir. Tapi hati kita tidak. Bahkan bisa terjadi keajaiban diluar perkiraan kita. Penderitaan itu bisa disulap Tuhan menjadi kelezatan secara spiritual. Itulah sorga tersembunyi yang dilimpahkan Tuhan untuk kita. Lalu karena kita ridho seperti itu selama hidup di dunia, maka di akherat pun sebagai hadiahnya kita juga akan diberi nikmat (surgawi) oleh Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Bahaya Ingin Cepat Makrifat: Masuk Perangkap Setan!

Makrifat maksudnya tentu saja makrifatullah. Mengenal Allah. Mengenal maksudnya bukan hanya tahu secara teori (ilmul yaqin). Tapi memang sudah merasakan kehadiran (hudur) Tuhan dalam hati. Sudah menjadi pengalaman yang menyelimuti diri (haqqul yakin). Yang pertama itu disebut sebagai teori tentang makrifat. Sedang yang kedua adalah pengalaman makrifat. Kalau hanya sekedar makrifat secara teori, itu baru sekedar informasi biasa. Ibaratnya persis seperti kita berpikir, bercerita dan membayangkan tentang sentrum arus listrik. Tapi kita sendiri belum pernah kena sentrumnya. Tapi jika makrifat itu sudah menjadi pengalaman, ibaratnya sama dengan orang yang sudah kena sentrum langsung oleh arus listrik. Sekujur tubuhnya akan geger. Mukanya pucat, jantungnya berguncang hebat dan kesadarannya akan remuk dalam seketika. Dia mendadak jadi blank. Hilang kesadaran. Menjadi fana dalam sekejap. Setelah siuman dan sadar, dia akan jadi melongo. Terdiam sambil geleng-geleng: “Benar benar mengerika...