Langsung ke konten utama

Perbedaan Suara Hati, Hawa Nafsu, Bisikan Setan dan Cara Kerjanya

Suara hati adalah bisikan kebenaran dari Tuhan. Ciri-cirinya adalah, inspirasi, ide atau hasrat yang dirasakan itu mengarah pada kebaikan. Hawanya sejuk dan teduh. Tidak tergesa-gesa dan juga tidak rakus. Intinya takarannya pas dan sekaligus menyelamatkan.

Kemudian jika hawa nafsu, itu datang dari diri kita sendiri. Keinginan kita sendiri terhadap apapun. Bisa berupa kebaikan dan bisa juga sebaliknya yaitu keburukan. Bedanya dengan suara hati, hawa nafsu ingin melebih-lebihkannya melampaui batas. Ada ambisi yang meluap-luap terhadapnya. Hawanya panas, terasa mendesak dan grasak-grusuk.

Sedang bisikan Setan, adalah tipu daya yang datang dari luar diri kita sendiri tanpa kita sadari. Cirinya adalah, menimbulkan keraguan di hati kita. Ada rasa was was. Ada konflik bathin antara ingin mengikuti suara hati dengan mengikuti hawa nafsu. Lalu menyusupkan pembenaran bahwa apa yang dinginkan hawa nafsu itu adalah benar. Sedang yang datang dari suara hati itu keliru. Artinya menjebak kita untuk terpeleset dari kebenaran.

Contoh:

Misalnya ketika terdengar suara adzan, spontan terbesit niat di hati kita untuk langsung melakukan Sholat. Maka niat itu datang dari suara hati, alias akibat panggilan langsung dari Tuhan yang hadir di hati kita. Tapi disisi lain secara bersamaan kita juga mendengar ada suara yang mengetuk pintu rumah kita. “Ah biar sajalah. Saya ingin melayani panggilan Tuhan dulu daripada melayani permintaan manusia. Saya ingin agar diri ini lebih baik dimata Tuhan daripada dimata manusia”.

Maka yang bergumam di hati kita seperti itu adalah hawa nafsu. Kita begitu berambisi untuk bergegas melakukan sholat sambil disisi lain sengaja mengabaikan suara pintu yang diketuk.

Apalagi jika diringi oleh rasa kesal ketika mendengar suara ketukan pintu tersebut, maka itu kentara sekali yang meresponnya adalah hawa nafsu kita. Diri kita kecewa karena peristiwa itu tidak sesuai dengan harapan atau selera kita. Maunya kita tidak ada gangguan apapun yang terjadi ketika kita akan Sholat. Tapi faktanya ada saja yang dirasa mengganggu. Nah harapan atau selera kita itu adalah kata lain dari hawa nafsu.

Lalu sambil berjalan ke kamar mandi, dalam hati kita juga berbisik: “Sholat lebih utama dari melayani tamu. Masa iya mendahulukan manusia lebih utama dari Tuhan. Gak lah. Tuhan dong yang lebih utama.”

Nah monolog bathin seperti itu adalah bisikan dari Setan. Dia membujuk kita untuk melakukan pembenaran terhadap selera hawa nafsu kita sebelumnya. Dia berikan argumentasi atau dalil pembenarannya agar kita jadi yakin dengan selera kita. Itulah yang dimaksud dengan tipu daya Setan. Kita dibuatnya merasa benar terhadap sikap, tindakan dan cara berpikir kita yang keliru apalagi salah dalam kondisi seperti itu.

Lalu saat melakukan Sholat pun, kita jadi sulit bahkan bisa tidak khusuk sama sekali. Kita jadi sibuk memikirkan, menilai dan mengecam si pengetuk pintu tersebut saat melakukan Sholat.

Akan berbeda suasana hati kita jika kita mau bermurah hati dulu untuk membuka pintunya. Lalu mempersilahkan tamunya untuk duduk kemudian minta maklum untuk melakukan Sholat terlebih dulu.

Jadi ketika hawa nafsu sudah masuk, sikap dan tindakan kita akan jadi ekstrem atau berlebihan. Apalagi bila sudah disusupi oleh bisikan Setan, maka kita jadi mendapatkan validasi bahwa sikap dan tindakan kita itu adalah benar. Padahal kita sudah tertipu tanpa kita sadari.

Begitulah halusnya bujuk rayu keduanya. Sepasang musuh tersembunyi yang selalu ingkar dan ingin membungkam suara hati. Hawa nafsu adalah pencetusnya dan bisikan Setan adalah bahan bakar yang membuat api keburukan jadi menyala pada diri kita.

"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Yusuf : 53)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Arti Dibalik Isteri Selalu Ketus, Kasar, Marah-marah dan Tak Peduli Perasaan Suami

Bila isteri wataknya sudah berubah menjadi temperamen, sering marah-marah pada kita dan siapapun, mau ada sebab yang jelas atau tidak, ekspresi mukanya tak lagi sejuk pada kita, mulutnya sering ketus, kasar tanpa pernah lembut atau sentuhan perasaan lagi, maka sadarilah, itu tandanya masa expire   hatinya untuk kita sudah tiba.   Mau dia kita nasehati, kita sindir, kita ngambeg, kita diam, apalagi kita marahi, pengaruhnya tak kan ada. Jangankan dia akan menangis, yang terjadi malah dia akan berbalik menerkam kita. Termasuk jika dia kita ancam dengan perceraian pun, air mata cemas dan sedihnya juga tak kan keluar. Paling tinggi yang keluar hanya air mata buayanya. Singkatnya apapun usaha yang kita lakukan, akan percuma. Nasib kita sama dengan meninju tembok. Semakin kita bernafsu untuk memukulnya, maka kita yang akan semakin terluka dan bernanah. Atau seperti Punguk merindukan Bulan. Mau menghiba-hiba hingga menangis darah pun, dia tetap tak kan peduli apalagi berubah. ...