Langsung ke konten utama

Dibalik Neraka Tersembunyi Isteri atau Suami Kita

Ketika Suami atau Isteri kita tidak seperti yang kita harapkan apapun tentangnya, misalnya minatnya, kesibukannya, sikapnya, tindakannya maupun kepeduliannya terhadap kita, maka yakinkan diri kita, bahwa itu adalah cobaan dari Tuhan untuk kita. Tuhan sedang menguji kita melalui pasangan hidup kita. Apakah kita akan lupa pada Tuhan gara-gara dia atau tidak. Lalu disisi lain, apakah kita juga akan berbuat seperti dia atau tidak, setelah diperlihatkan Tuhan pada kita, betapa tidak eloknya bersikap dan berprilaku seperti pasangan kita tersebut.

Lupa pada Tuhan disini sangat luas artinya. Misalnya apakah kita hanya sibuk memikirkan pasangan kita saja di hati sepanjang hari sepanjang waktu. Sibuk menilainya, mengkritiknya, mengutuknya apalagi membencinya setengah mati. Termasuk sibuk berharap ini itu terhadapnya dan sekaligus bersikeras ingin mengubahnya. Baik jika itu kita nyatakan secara terang-terangan maupun hanya kita simpan dalam hati.

Maka akibatnya sudah jelas. Kita akan menderita sendiri. Dada kita akan terasa sesak bahkan panas. Sedang dia tetap saja begitu adanya tanpa berubah sedikitpun. Bahkan dia juga merasa dirinya benar dengan semua itu. Betapapun kita bersikukuh menyalahkan dan ingin mengubahnya, dia tetap saja tak bergeming. Maka lengkaplah sudah penderitaan yang kita rasakan. Kita akan terlempar sendiri kedalam neraka bathin di dunia ini.

Itulah yang dimaksud, apabila hati kita digulung habis-habisan untuk sibuk memikirkan selain Tuhan, maka kita akan hidup dalam siksaan yang teramat pedih. Termasuk apabila kita berharap apapun dalam hidup ini sesuai selera kita sendiri, maka kita akan lelah sendiri. Karena yang mengatur apapun dalam hidup ini akan seperti apa, termasuk pasangan hidup kita, hakikatnya bukanlah kita. Tapi adalah Tuhan. Dialah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan Dialah yang bisa membiarkan atau akan mengubah siapapun yang Dia kehendaki. Sedang kita sebagai hambaNya, tak bisa membuat mudharat dan manfaat untuk diri kita sendiri apalagi terhadap orang lain. Yang bisa kita lakukan hanya sekedar berusaha dengan tulus semampu kita. Usaha kita tersebut, hanya sekedar majaz, hanya sekedar usaha begitu saja. Sedang yang akan mengubahnya, tetap hanya Tuhan. Bukan usaha kita yang membuatnya jadi berubah. Status usaha kita itu hanya sebagai bukti kehambaan dan pengorbanan kita dihadapan Tuhan.

Jika kita sudah mengimani seperti itu,  bahwa memang begitulah hakikatnya hidup ini bekerja, maka apapun kelakuan pasangan hidup kita, tidak akan melukai hati kita lagi. Sistem mekanisme spiritual kita akan langsung meredakannya dengan lembut: “Oh iya ya. Tuhan sedang menguji saya lewat pasangan hidup saya. Saya tidak boleh protes lagi. Tuhan akan murka bila saya menolak kehendak dan takdirNya untuk saya melalui pasangan saya ini.”

Jika bathinisasi diri seperti itu sudah melekat di hati kita, maka lama-lama Tuhan akan melimpahkan kemurahanNya untuk kita, yaitu mengeluarkan kita dari perangkap pasangan hidup kita. Maksudnya Tuhan akan menghilangkan rasa rewel di hati kita terhadapnya. Melapangkan dada kita atas apapun dari sikap dan kelakuannya, sambil disisi lain kita merasa sudah cukup Tuhan saja sebagai gantinya untuk hidup mati kita. 

Tapi disisi lain kita tetap harus hati-hati dengan jebakan halus hawa nafsu dan bisikan Setan, agar yang kita pasang, bukan sikap masa bodoh apalagi melarikan diri dari tanggung jawab. Kondisinya persis seperti pedang bermata ganda. Zahir kita tetap hidup berasama pasangan hidup kita. Kita tetap peduli dan bertanggung jawab terhadapnya. Tapi di hati kita, bukan pasangan hidup itu sebagai segala-galanya. Tapi adalah Tuhan dulu yang nomor satu.

Jika kita sudah piawai mengontrol gerak hati kita dalam titian yang paradoks seperti itu, maka bukan tidak mungkin Tuhan akhirnya juga akan melimpahkan kemurahan berikutnya untuk kita. Tiba-tiba segala apapun tentang pasangan kita, jadi berubah sendiri diluar dugaan kita. Sikap dan kelakuannya menjadi manis sendiri seperti yang sebelumnya kita idam-idamkan. Maka itu artinya Tuhan sedang merahmati kita lewat pasangan hidup kita. Dibuka Tuhan mata hati pasangan hidup kita pada kebenaran. Lalu jadi tergerak sendiri hatinya untuk berubah. Dengan kata lain, kita dapat bonus tak terduga dari Tuhan. Berkat keteguhan iman dan kecintaan kita pada Tuhan.  

Tapi lagi lagi meski demikian kita tetap harus waspada alias tetap tidak boleh terlena. Misalnya karena sudah terpesona oleh perubahan pasangan hidup kita, kita jadi lupa lagi pada Tuhan. Rasa terima kasih, sikap tawadhu dan tawaqal kita pada Tuhan jadi hilang lagi gara-gara itu. Padalah Tuhanlah yang menolong atau mendatangkan semua itu untuk kita.

Maka jika itu yang terjadi, kita bisa saja dilemparkan lagi oleh Tuhan ke kondisi sebelumnya. Akan kembali dirajam Tuhan tanpa kita sadari. Maka kita akan berdarah-darah lagi untuk membersihkan diri, minta ampun padaNya, mulai lagi menempa diri dan riyadah bathin lagi dengan lebih keras. 

Begitulah ketajaman radar Tuhan bekerja. Sedikit saja hati kita terpeleset keluar jalur, Dia langsung tahu dan memberikan ganjarannya. Dia Maha Tahu apa yang kita katakan dan sekaligus apapun yang kita sembunyikan dalam hati. Dia adalah Dzat yang Maha teliti. Tak ada yang luput dari perhitunganNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ciri-ciri Orang yang Menipu Tuhan

Tidak semua orang yang rajin beribadah itu adalah orang yang beriman pada Tuhan. Umumnya mereka adalah orang yang menipu Allah. Mereka melakukan semua itu hanya untuk bersiul dan membanggakan diri. Mereka menggunakan ibadah itu sebagai perhiasan dirinya di hadapan orang lain. Sedang hatinya, buta dan tuli terhadap Allah. Termasuk tidak semua yang berbicara tentang Tuhan dan agama Allah itu adalah orang yang beriman pada Tuhannya. Umumnya mereka juga menggunakan hal itu sebagai hiasan dirinya dihadapan orang lain. Mereka gunakan itu untuk saling berbantah-bantah. Atau untuk saling bermegah-megah diri dengan sedikit ilmu yang mereka dapatkan. Mereka yang demikian adalah orang-orang yang berdusta. Mereka sibuk mengejar kemegahan dunia dengan menjual agama Allah. Tidak ada yang bersamayam di hati mereka kecuali hanya mabuk mengejar kemegahan duniawinya. Atau untuk memuaskan selera hawa nafsunya. Begitu juga dengan mereka yang melarikan diri pada Allah karena tak tahan menerima kepe...

Mesin Produksi dan Cara Kerja Riya (Gila Pamer) dalam Diri Kita

Jika hati kita memang condong pada pencitraan diri, maka basa basi, kepura-puraan, kemunafikan dan sejenisnya akan otomatis menjadi pakaian kepribadian kita. Mau dipoles, dibelokkan dan ditutup dengan cara apapun, isinya akan tetap sama. Tak kan beranjak dari dusta. Dan itu termasuk salah satu jenis penyakit hati, yaitu ambisi untuk bermegah-megah diri dan riya atau gila pamer.

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...