Ketika Suami atau Isteri kita tidak seperti yang kita
harapkan apapun tentangnya, misalnya minatnya, kesibukannya, sikapnya,
tindakannya maupun kepeduliannya terhadap kita, maka yakinkan diri kita, bahwa
itu adalah cobaan dari Tuhan untuk kita. Tuhan sedang menguji kita melalui
pasangan hidup kita. Apakah kita akan lupa pada Tuhan gara-gara dia atau tidak.
Lalu disisi lain, apakah kita juga akan berbuat seperti dia atau tidak, setelah
diperlihatkan Tuhan pada kita, betapa tidak eloknya bersikap dan berprilaku
seperti pasangan kita tersebut.
Lupa pada Tuhan disini sangat luas artinya. Misalnya apakah
kita hanya sibuk memikirkan pasangan kita saja di hati sepanjang hari sepanjang
waktu. Sibuk menilainya, mengkritiknya, mengutuknya apalagi membencinya
setengah mati. Termasuk sibuk berharap ini itu terhadapnya dan sekaligus
bersikeras ingin mengubahnya. Baik jika itu kita nyatakan secara terang-terangan
maupun hanya kita simpan dalam hati.
Maka akibatnya sudah jelas. Kita akan menderita sendiri.
Dada kita akan terasa sesak bahkan panas. Sedang dia tetap saja begitu adanya
tanpa berubah sedikitpun. Bahkan dia juga merasa dirinya benar dengan semua
itu. Betapapun kita bersikukuh menyalahkan dan ingin mengubahnya, dia tetap saja
tak bergeming. Maka lengkaplah sudah penderitaan yang kita rasakan. Kita akan
terlempar sendiri kedalam neraka bathin di dunia ini.
Itulah yang dimaksud, apabila hati kita digulung habis-habisan
untuk sibuk memikirkan selain Tuhan, maka kita akan hidup dalam siksaan yang
teramat pedih. Termasuk apabila kita berharap apapun dalam hidup ini sesuai
selera kita sendiri, maka kita akan lelah sendiri. Karena yang mengatur apapun
dalam hidup ini akan seperti apa, termasuk pasangan hidup kita, hakikatnya
bukanlah kita. Tapi adalah Tuhan. Dialah Dzat yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dan Dialah yang bisa membiarkan atau akan mengubah siapapun yang Dia
kehendaki. Sedang kita sebagai hambaNya, tak bisa membuat mudharat dan manfaat
untuk diri kita sendiri apalagi terhadap orang lain. Yang bisa kita lakukan
hanya sekedar berusaha dengan tulus semampu kita. Usaha kita tersebut, hanya sekedar
majaz, hanya sekedar usaha begitu saja. Sedang yang akan mengubahnya, tetap
hanya Tuhan. Bukan usaha kita yang membuatnya jadi berubah. Status usaha kita
itu hanya sebagai bukti kehambaan dan pengorbanan kita dihadapan Tuhan.
Jika kita sudah mengimani seperti itu, bahwa memang begitulah hakikatnya hidup ini
bekerja, maka apapun kelakuan pasangan hidup kita, tidak akan melukai hati kita
lagi. Sistem mekanisme spiritual kita akan langsung meredakannya dengan lembut:
“Oh iya ya. Tuhan sedang menguji saya lewat pasangan hidup saya. Saya tidak
boleh protes lagi. Tuhan akan murka bila saya menolak kehendak dan takdirNya
untuk saya melalui pasangan saya ini.”
Jika bathinisasi diri seperti itu sudah melekat di hati
kita, maka lama-lama Tuhan akan melimpahkan kemurahanNya untuk kita, yaitu
mengeluarkan kita dari perangkap pasangan hidup kita. Maksudnya Tuhan akan menghilangkan
rasa rewel di hati kita terhadapnya. Melapangkan dada kita atas apapun dari sikap
dan kelakuannya, sambil disisi lain kita merasa sudah cukup Tuhan saja sebagai
gantinya untuk hidup mati kita.
Tapi disisi lain kita tetap harus hati-hati dengan jebakan
halus hawa nafsu dan bisikan Setan, agar yang kita pasang, bukan sikap masa
bodoh apalagi melarikan diri dari tanggung jawab. Kondisinya persis seperti
pedang bermata ganda. Zahir kita tetap hidup berasama pasangan hidup kita. Kita
tetap peduli dan bertanggung jawab terhadapnya. Tapi di hati kita, bukan
pasangan hidup itu sebagai segala-galanya. Tapi adalah Tuhan dulu yang nomor
satu.
Jika kita sudah piawai mengontrol gerak hati kita dalam
titian yang paradoks seperti itu, maka bukan tidak mungkin Tuhan akhirnya juga
akan melimpahkan kemurahan berikutnya untuk kita. Tiba-tiba segala apapun
tentang pasangan kita, jadi berubah sendiri diluar dugaan kita. Sikap dan
kelakuannya menjadi manis sendiri seperti yang sebelumnya kita idam-idamkan. Maka
itu artinya Tuhan sedang merahmati kita lewat pasangan hidup kita. Dibuka Tuhan
mata hati pasangan hidup kita pada kebenaran. Lalu jadi tergerak sendiri
hatinya untuk berubah. Dengan kata lain, kita dapat bonus tak terduga dari
Tuhan. Berkat keteguhan iman dan kecintaan kita pada Tuhan.
Tapi lagi lagi meski demikian kita tetap harus waspada alias tetap tidak boleh
terlena. Misalnya karena sudah terpesona oleh perubahan pasangan hidup kita,
kita jadi lupa lagi pada Tuhan. Rasa terima kasih, sikap tawadhu dan tawaqal
kita pada Tuhan jadi hilang lagi gara-gara itu. Padalah Tuhanlah yang menolong
atau mendatangkan semua itu untuk kita.
Maka jika itu yang terjadi, kita bisa saja dilemparkan lagi oleh Tuhan ke
kondisi sebelumnya. Akan kembali dirajam Tuhan tanpa kita sadari. Maka kita
akan berdarah-darah lagi untuk membersihkan diri, minta ampun padaNya, mulai
lagi menempa diri dan riyadah bathin lagi dengan lebih keras.
Begitulah ketajaman radar Tuhan bekerja. Sedikit saja hati kita terpeleset keluar jalur, Dia langsung tahu dan memberikan ganjarannya. Dia Maha Tahu apa yang kita katakan dan sekaligus apapun yang kita sembunyikan dalam hati. Dia adalah Dzat yang Maha teliti. Tak ada yang luput dari perhitunganNya.
Komentar
Posting Komentar