Membayangkan Tuhan secara konseptual teoritis, sangat sulit dan
juga melelahkan. Terbukti berbagai konsep tauhid yang dibangun para Filsuf
Islam, para Teolog dan para Sufi Falsafi, lebih sering membingungkan daripada
memudahkan untuk kebanyakan kita. Jangankan untuk bisa dipakai saat membathinkan
wujud Tuhan, untuk bisa memahami konsep-konsep tersebut sulitnya sudah minta
ampun. Sedang kita, butuh visualiasi
Tuhan yang gamblang, agar sosok Tuhan itu bisa hadir seketika dalam hati kita saat
melakukan ibadah. Begitu juga saat melakukan kegiatan apapun dalam keseharian kita. Intinya
kita butuh agar aktivitas dzikir bathin kita sepanjang waktu, bisa mudah nancap
dan terus melekat di hati kita.
Saya tidak mengatakan konsep-konsep tauhid itu tidak bagus apalagi
salah. Tapi adalah, abstraksi konsep-konsep tersebut, begitu menyita energi
intelektual kita untuk memahaminya. Begitu meremukkan nalar. Sebutlah misalnya
tauhid Asy'ariyah dengan sifat 20-nya. Atau lagi konsep emanasinya Al Farabi.
Apalagi konsep Wahdatul Wujudnya Ibnu Arabi, Wahdatul Suhudnya Ahmad Sirhindi,
Hululnya Ibnu Mansur Al Hallaj dan masih banyak lagi.
Karena itulah disini saya ingin membagikan sebuah tawaran untuk
memudahkan fantasi kita tentang Tuhan, dimana ini juga saya dapatkan berkat
ilham dari Tuhan.
Inspirasi ini bermula karena saya sering terbayang Tuhan sering
berfirman dalam Al Quran dengan kata “Raja” dan “kerajaan”. Misalnya:
“Katakanlah (Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia” (QS An-Nas: 1 -2)
“Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? (Ketahuilah bahwa) tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah.” (QS Al-Baqarah: 107)
Itu artinya semua kita dihadapan Tuhan, persis seperti seorang budak
hina yang tak punya apa-apa dan tak punya kekuatan apapun. Sang Raja atau Tuhan
itulah yang menentukan apapun untuk diri kita. Adanya diri kita di muka bumi
ini, dibuat oleh Sang Raja. Apapun yang kita miliki, suami, isteri, anak,
rumah, pekerjaan, harta benda, dan apapun, juga adalah pemberian dari Sang
Raja. Bahkan dinamika perasaan atau suasana hati kita dari waktu ke waktu, juga
ditentukan oleh Sang Raja. Intinya totalitas diri kita lahir bathin, adalah
hasil remoot langsung oleh Sang Raja.
"Sesungguhnya
hati itu berada diantara dua jari dari jari-jari Allah. Dialah Yang
membolak-balikkannya". (HR Bukhari dan Muslim)
Karena itu sebagai budak dihadapan Sang Raja, kita harus tahu diri. Harus sadar
akan posisi kita yang demikian. Lalu harus penuh adab dan sopan santun dalam
bersikap dan bertingkah laku. Harus selalu merendahkan diri, tidak boleh asal
nyelonong, apalagi sok sok an dan menyombongkan diri. Sedikit saja gerak-gerik
kita salah, bahkan apa yang bergumam dalam hati kita, Sang Raja juga akan tahu.
“Tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka
sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan?” (QS. Al-Baqarah: 77)
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS.
Luqman: 18)
Itu artinya yang bisa kita lakukan hidup di kerajaan Sang Raja, hanya bersikap rela, pasrah dan tawadhu. Bukan hanya terhadap Sang Raja, tapi juga terhadap siapapun yang sama-sama hidup dengan kita didalam kerajaan milik Sang Raja. Tidak berharap atau minta-minta apapun pada Sang Raja karena itu tidak sopan. Apalagi mengatur dan mengkritik Sang Raja. Kita harus menunggu saja dengan sabar apa yang diberikan Sang Raja untuk kita. Termasuk harus patuh ketika diperintah oleh Sang Radja. Kalau diperintahNya untuk duduk, ya kita duduk. Kalau diperintahNya untuk jalan, baru kita jalan. Begitulah seterusnya apapun yang akan kita lakukan, adabnya harus menunggu instruksi dulu dari Sang Raja. Jika tak ada perintah apapun, kita diam dengan tenang sambil menunggu. Jangan sok pintar dan buru-buru bertindak sendiri.
Bagaimana jika yang terjadi Sang Radja memperlakukan kita tidak
sama dengan budak lain? Misalnya kita sering dihardik oleh Sang Raja? Sementara
yang lain diperlakukan dengan hormat oleh Sang Raja? Atau kita sering
diperbudak melakukan ini itu oleh Sang Raja, sedang budak lain justru dibiarkan
enak-enakan saja oleh Sang Raja? Atau lagi bagaimana jika budak lain berlagak sombong,
kasar dan semena-mena terhadap kita?
Lagi-lagi kita tidak boleh protes. Dan juga tidak boleh iri apalagi memusuhi
budak lain. Bahkan kita berpura-pura baik dipermukaan lalu di hati kita
sebenarnya iri, benci dan sakit hati, Sang Raja akan tetap tahu. Jadi kita tetap
harus tahu diri. Kita tak punya hak pilih apapun dihadapan Sang Raja. Terserah
Raja tersebut kita akan Dia perlakukan seperti apa. Karena kita tidak punya
apa-apa dan kekuatan apapun sebagai penghuni di kerajaanNya. Termasuk juga terserah
Raja akan menerapkan keadilanNya terhadap siapapun yang merendahkan dan berlaku
zalim terhadap kita. Kita tidak boleh main hakim sendiri. Kita harus percaya
penuh pada kebijakan Sang Raja. Hanya Dia yang berhak dan bisa mengatur
segalanya dengan sempurna.
Termasuk jika sebaliknya kita kagum pada budak lain, juga tidak
boleh. Apalagi berharap bantuan dan menyandarkan harapan pada budak lain untuk
apa yang kita keluhkan dan butuhkan. Percuma. Karena mereka juga budak seperti
kita. Nasibnya juga sama dengan kita. Sangat bergantung pada Sang Raja. Selain
itu, Sang Raja juga akan cemburu bila itu kita lakukan. Yang diinginkan oleh
Sang Raja, kita hanya suka, kagum, berharap dan minta tolong hanya pada DiriNya
saja. Tidak boleh pada para budakNya. Raja itu tak mau diduakan dengan apa dan
siapapun.
‘Katakanlah
(Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan
perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu
sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di
jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.’ (QS At-Taubah: 24)
Intinya sikap penghuni yang disukai Sang Raja di kerajaanNya adalah,
siapa yang tahu diri, beradab, rela, pasrah atau rdiho saja padaNya apapun yang
Dia perbuat untuk kita sebagai budakNya. Dan sebaliknya Dia akan murka bila kita cerewet,
mengekuh, mengkritik apalagi sengaja menentangNya. Baik secara terang-terangan maupun
hanya dalam hati.
Maka bayangkanlah nasib kita hidup di dunia ini adalah seperti itu. Meskipun Tuhan itu tak bisa kita lihat dengan mata kepala dan tidak bisa kita dengar suaraNya dengan telinga, tapi di hati, yakinkan selalu bahwa kita dimuka bumi ini sedang tinggal di sebuah kerajaan milik Tuhan. Tujuannya, agar bayangan seperti itu, bisa mengontrol sikap dan perbuatan kita kapan, dimanapun dan sedang apapun kita dalam keseharian kita. Karena Tuhan itu sebagai Pemilik dan Penguasa di Kerajaan langit dan bumi ini, selalu tahu dan selalu mengawasi kita tanpa kita sadari. Baik tingkah laku zahir kita, maupun bisik-bisik dan gerak bathin kita dalam hati, Dia tetap tahu dan sekaligus akan memberikan sanksinya secara otomatis tanpa dapat kita tolak.
“ .... Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah No. 4031)
Komentar
Posting Komentar