Langsung ke konten utama

Pengertian Gamblang Sifat Jamal dan Jalal Tuhan + Contoh

Saat kita lagi ceria dan merasa bahagia, karena sebab apapun, jangan kita kira kondisi seperti itu akan terus begitu, seakan perang telah usai seakan badai telah berlalu untuk selamanya. Karena cepat lambat, di kemudian hari juga akan terjadi kebalikannya diluar dugaan kita. Misalnya sesudahnya kita justru dilanda kemurungan, kesedihan dan kepedihan yang tak tertahankan tanpa disangka-sangka.

Tapi sebaliknya juga jangan merasa bahwa disaat jatuh itu kita akan tetap begitu adanya selamanya. Cepat lambat nanti juga akan berubah lagi tanpa setahu kita.  

Begitulah seterusnya silih berganti dan tak pernah henti. Tak ada yang tetap dalam hidup ini. Semuanya selalu berubah. Tak ada yang abadi kecuali hanya Tuhan. Dan selalu tersebar berbagai rahasia tersembunyi disisipkan Tuhan disepanjang hidup kita, sehingga kita tidak pernah tahu kepastian akhir dari riwayat hidup kita dan siapapun.

Karena itulah kita tidak boleh terlena saat mendapat kelapangan dan kebahagiaan. Lalu disisi lain juga tak boleh putus asa setiap ditimpa kesusahan dan kemalangan. Keduanya adalah tarian 2 jari Tuhan yang tak bisa kita tolak: Jamal dan Jalal. Menolak salah satunya, sama artinya dengan kita menolak salah satu sifat Tuhan tersebut.

Jamal adalah sisi keelokan dan keindahan Tuhan. Kelapanghan dan kebahagiaan hidup, adalah salah satu penampakan dari sifat Jamal Tuhan dimuka bumi ini. Sedang Jalal adalah sifat Kemahakuasaan dan Keperkasaan Tuhan. Maka kesusahan dan penderitaan, adalah salah satu penampakan dari sifat Jamal Tuhan tersebut. Kita tak punya pilihan selain menerima keduanya secara serentak dengan tulus. Itulah yang dimaksud dengan ridho terhadap Tuhan. Kita rela dan senang hati dengan segala kehendak Tuhan terhadap diri dan hidup kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ciri-ciri Orang yang Menipu Tuhan

Tidak semua orang yang rajin beribadah itu adalah orang yang beriman pada Tuhan. Umumnya mereka adalah orang yang menipu Allah. Mereka melakukan semua itu hanya untuk bersiul dan membanggakan diri. Mereka menggunakan ibadah itu sebagai perhiasan dirinya di hadapan orang lain. Sedang hatinya, buta dan tuli terhadap Allah. Termasuk tidak semua yang berbicara tentang Tuhan dan agama Allah itu adalah orang yang beriman pada Tuhannya. Umumnya mereka juga menggunakan hal itu sebagai hiasan dirinya dihadapan orang lain. Mereka gunakan itu untuk saling berbantah-bantah. Atau untuk saling bermegah-megah diri dengan sedikit ilmu yang mereka dapatkan. Mereka yang demikian adalah orang-orang yang berdusta. Mereka sibuk mengejar kemegahan dunia dengan menjual agama Allah. Tidak ada yang bersamayam di hati mereka kecuali hanya mabuk mengejar kemegahan duniawinya. Atau untuk memuaskan selera hawa nafsunya. Begitu juga dengan mereka yang melarikan diri pada Allah karena tak tahan menerima kepe...

Mesin Produksi dan Cara Kerja Riya (Gila Pamer) dalam Diri Kita

Jika hati kita memang condong pada pencitraan diri, maka basa basi, kepura-puraan, kemunafikan dan sejenisnya akan otomatis menjadi pakaian kepribadian kita. Mau dipoles, dibelokkan dan ditutup dengan cara apapun, isinya akan tetap sama. Tak kan beranjak dari dusta. Dan itu termasuk salah satu jenis penyakit hati, yaitu ambisi untuk bermegah-megah diri dan riya atau gila pamer.

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...