Berhentilah bersikeras
memikirkan apa penyebab dan solusinya ketika kita ditimpa sebuah masalah,
ditimpa penyakit, merasa gelisah dan apapun. Karena setiap yang kita pikirkan
sebagai penyebabnya, itu hanya dugaan kita saja. Begitu juga dengan apa
solusinya, itu juga hanya dugaan kita saja.
Semua itu bisa benar dan juga bisa salah. Jika benar, itu hanya faktor
kebetulan saja. Tapi dalam kebanyakan kasus, semua analisa itu justru cendrung
salah. Kerena sebab yang sebenarnya adalah, Tuhanlah dibalik semua itu.
Dialah yang
mendatangkan semua itu untuk kita tanpa kita sadari. Untuk menguji, apakah kita
sadar bahwa Dialah yang berkehendak dan mengatur segala apapun dalam kehidupan
ini. Sedang kita, tak punya daya dan kekuatan apapun untuk menolak dan mengubahnya
menjadi seperti yang kita inginkan. Lalu akhirnya kita tak punya pilihan selain
hanya rela atau ridho atas semua itu. Menyerahkan diri sepenuhnya bahwa yang
akan bisa menyelesaikan semua itu, juga hanya Tuhan itu sendiri.
Karena itu
usaha yang kita lakukan terhadap semua itu, dihayati hanya sebagai bukti
kehambaan kita saja dihadapan Tuhan. Sebagai bukti jihad atau perjuangan kita
sebagai hambaNya yang sedang mengabdi padaNya. Bukan diyakini bahwa memang
itulah solusi yang sebenarnya. Tapi kepedulian dan kemurahan Tuhanlah yang akan
mengeluarkan kita dari semua masalah dan keluhan itu.
Itulah
hakikat dari iman.
Yakin dan pasrah di hadapan Tuhan atas apapun. Rela tanpa syarat kemana kita
akan digiring oleh Tuhan. Menerima dengan tulus dimana pun kita akan
ditempatkan oleh Tuhan. Lalu berbuat semampu yang kita bisa tanpa memaksakan
diri. Mengalir lentur sejalan dengan irama takdir yang ditetapkan Tuhan untuk
kita. Dan sekaligus juga berhenti berharap apapun dibalik setiap yang kita lakukan.
Berharapnya, hanya pada kemurahan Tuhan saja. Kita tak menyandarkan diri pada
apapun lagi selain hanya bersandar pada Tuhan itu sendiri.
Itulah yang
dimaksud dengan,
Bahwa hanya padaNyalah kita bergantung. Tentang apapun. Karena disadari atau
tidak, setuju tidak setuju, semuanya memang berasal dariNya. Dia yang memulai
dan Dia pula yang akan mengakhirinya. Dia yang mendatangkannya dan Dia juga
yang akan mengambilnya kembali. Dia yang awal, dan Dia pula yang akhir. Kita
hanya laksana pipa kosong tempat berlalu lalangnya aliran kehendak Tuhan untuk
diri kita.
Sadar akan kenyataan seperti itulah yang akan membuahkan sikap tawakal, tawadhu dan ridho pada Tuhan. Dan kebalikannya sadar akan hal itu juga yang akan menjauhkan kita dari sikap syirik, merasa serba bisa, takjub pada diri sendiri, ujub, takabur dan sejenisnya.
Komentar
Posting Komentar