Langsung ke konten utama

Rahasia Dibalik Semua Masalah dan Gelisah Hati

Berhentilah bersikeras memikirkan apa penyebab dan solusinya ketika kita ditimpa sebuah masalah, ditimpa penyakit, merasa gelisah dan apapun. Karena setiap yang kita pikirkan sebagai penyebabnya, itu hanya dugaan kita saja. Begitu juga dengan apa solusinya, itu juga hanya dugaan kita saja.  Semua itu bisa benar dan juga bisa salah. Jika benar, itu hanya faktor kebetulan saja. Tapi dalam kebanyakan kasus, semua analisa itu justru cendrung salah. Kerena sebab yang sebenarnya adalah, Tuhanlah dibalik semua itu.

Dialah yang mendatangkan semua itu untuk kita tanpa kita sadari. Untuk menguji, apakah kita sadar bahwa Dialah yang berkehendak dan mengatur segala apapun dalam kehidupan ini. Sedang kita, tak punya daya dan kekuatan apapun untuk menolak dan mengubahnya menjadi seperti yang kita inginkan. Lalu akhirnya kita tak punya pilihan selain hanya rela atau ridho atas semua itu. Menyerahkan diri sepenuhnya bahwa yang akan bisa menyelesaikan semua itu, juga hanya Tuhan itu sendiri.

Karena itu usaha yang kita lakukan terhadap semua itu, dihayati hanya sebagai bukti kehambaan kita saja dihadapan Tuhan. Sebagai bukti jihad atau perjuangan kita sebagai hambaNya yang sedang mengabdi padaNya. Bukan diyakini bahwa memang itulah solusi yang sebenarnya. Tapi kepedulian dan kemurahan Tuhanlah yang akan mengeluarkan kita dari semua masalah dan keluhan itu.

Itulah hakikat dari iman.
Yakin dan pasrah di hadapan Tuhan atas apapun. Rela tanpa syarat kemana kita akan digiring oleh Tuhan. Menerima dengan tulus dimana pun kita akan ditempatkan oleh Tuhan. Lalu berbuat semampu yang kita bisa tanpa memaksakan diri. Mengalir lentur sejalan dengan irama takdir yang ditetapkan Tuhan untuk kita. Dan sekaligus juga berhenti berharap apapun dibalik setiap yang kita lakukan. Berharapnya, hanya pada kemurahan Tuhan saja. Kita tak menyandarkan diri pada apapun lagi selain hanya bersandar pada Tuhan itu sendiri.

Itulah yang dimaksud dengan,
Bahwa hanya padaNyalah kita bergantung. Tentang apapun. Karena disadari atau tidak, setuju tidak setuju, semuanya memang berasal dariNya. Dia yang memulai dan Dia pula yang akan mengakhirinya. Dia yang mendatangkannya dan Dia juga yang akan mengambilnya kembali. Dia yang awal, dan Dia pula yang akhir. Kita hanya laksana pipa kosong tempat berlalu lalangnya aliran kehendak Tuhan untuk diri kita.

Sadar akan kenyataan seperti itulah yang akan membuahkan sikap tawakal, tawadhu dan ridho pada Tuhan. Dan kebalikannya sadar akan hal itu juga yang akan menjauhkan kita dari sikap syirik, merasa serba bisa, takjub pada diri sendiri, ujub, takabur dan sejenisnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Arti Dibalik Isteri Selalu Ketus, Kasar, Marah-marah dan Tak Peduli Perasaan Suami

Bila isteri wataknya sudah berubah menjadi temperamen, sering marah-marah pada kita dan siapapun, mau ada sebab yang jelas atau tidak, ekspresi mukanya tak lagi sejuk pada kita, mulutnya sering ketus, kasar tanpa pernah lembut atau sentuhan perasaan lagi, maka sadarilah, itu tandanya masa expire   hatinya untuk kita sudah tiba.   Mau dia kita nasehati, kita sindir, kita ngambeg, kita diam, apalagi kita marahi, pengaruhnya tak kan ada. Jangankan dia akan menangis, yang terjadi malah dia akan berbalik menerkam kita. Termasuk jika dia kita ancam dengan perceraian pun, air mata cemas dan sedihnya juga tak kan keluar. Paling tinggi yang keluar hanya air mata buayanya. Singkatnya apapun usaha yang kita lakukan, akan percuma. Nasib kita sama dengan meninju tembok. Semakin kita bernafsu untuk memukulnya, maka kita yang akan semakin terluka dan bernanah. Atau seperti Punguk merindukan Bulan. Mau menghiba-hiba hingga menangis darah pun, dia tetap tak kan peduli apalagi berubah. ...