Langsung ke konten utama

Mana Jalan yang Benar dan Sah Menuju Tuhan?

Tidak ada rumus baku tentang detail apapun dalam perjalanan menuju Tuhan. Misalnya Tuhan itu begini, cara mendekatkan diri padaNya begini lalu bukti pengabdian kita yang sah padaNya adalah begini. Karena Tuhan itu Maha Luas tak terpikirkan dan tak terbayangkan. Begitu juga tentang jalan menuju Dia, cara mendekatkan diri padaNya sekaligus cara mengabdi padaNya. Ada banyak model, jalan dan cara yang juga tak terbatas untuk itu.

Mengerucutkan semua itu menjadi hanya satu model, jalan, pintu dan cara, sama artinya dengan mengecilkan Tuhan itu sendiri dengan segala derivasiNya.  

Jadi setiap orang,  akan ditempatkan Tuhan sesuai kondisinya masing-masing sesuai kehendakNya. Bagaimana memahami Tuhan, lewat jalan apa seseorang mendekatkan diri pada Tuhan, dalam bentuk apa wujud pengabdiannya dan seterusnya, tak bisa dipukul rata untuk setiap orang.

Karena itulah kita tak boleh merasa apa yang kita pahami tentang Tuhan, cara yang kita tempuh, bentuk pengabdian kita pada Tuhan dan ahwal bathin yang kita rasakan, kita klaim sebagai satu-satunya model yang benar. Justru itu adalah jebakan dan perangkap spiritual tanpa kita sadari. Kita terjebak pada sikap ujub atau kesombongan tersembunyi. Terjebak merasa diri kita yang benar dan lebih mulia dari orang lain. Sekaligus terjebak menyalahkan orang lain belum ada apa-apanya bahkan salah.

Sadarilah, semua itu adalah rahasia Tuhan. Hanya Dia yang berhak menilai semua itu. Lebih baik serahkan semuanya padaNya. Jangan main hakim sendiri. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi Juri Agung untuk semua itu. Dia adalah Dzat yang Maha Teliti, yang tak satupun pernah luput dari perhitunganNya.  

Lalu untuk kita yang masih dalam proses pendakian spiritual, jangan mudah terpengaruh, apalagi memaksakan diri mengikuti detail sebuah model, jalan dan cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Karena itu hanya akan membuat kita bingung dan stress sendiri. Alih alih akan membuat perjalanan rohani kita akan jadi naik. Cukuplah bagi kita Al Quran dan Sunnah Nabi sebagai panduan umum. Jika iman kita sudah pekat pada keduanya, lalu juga sungguh-sungguh mempraktekkannya, maka nanti Tuhan sendiri yang akan membimbing kita secara langsung. Bagaimana cara memahami Dia, apa yang harus kita bathinkan dan apa yang harus kita lakukan, akan diilhamkan langsung oleh Tuhan step demi stepnya tanpa kita sadari sesuai perjalanan spiritual kita masing-masing. Tuhan itulah sesungguhnya Mursyid Sejati untuk masing masing kita. Bukan apa dan siapapun selain DiriNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Bahaya Ingin Cepat Makrifat: Masuk Perangkap Setan!

Makrifat maksudnya tentu saja makrifatullah. Mengenal Allah. Mengenal maksudnya bukan hanya tahu secara teori (ilmul yaqin). Tapi memang sudah merasakan kehadiran (hudur) Tuhan dalam hati. Sudah menjadi pengalaman yang menyelimuti diri (haqqul yakin). Yang pertama itu disebut sebagai teori tentang makrifat. Sedang yang kedua adalah pengalaman makrifat. Kalau hanya sekedar makrifat secara teori, itu baru sekedar informasi biasa. Ibaratnya persis seperti kita berpikir, bercerita dan membayangkan tentang sentrum arus listrik. Tapi kita sendiri belum pernah kena sentrumnya. Tapi jika makrifat itu sudah menjadi pengalaman, ibaratnya sama dengan orang yang sudah kena sentrum langsung oleh arus listrik. Sekujur tubuhnya akan geger. Mukanya pucat, jantungnya berguncang hebat dan kesadarannya akan remuk dalam seketika. Dia mendadak jadi blank. Hilang kesadaran. Menjadi fana dalam sekejap. Setelah siuman dan sadar, dia akan jadi melongo. Terdiam sambil geleng-geleng: “Benar benar mengerika...