Langsung ke konten utama

Jebakan Halus di Tangga Awal Menuju Tuhan

Jika setelah mendekatkan diri pada Tuhan yang kita rasakan adalah, jadi benci terhadap mereka yang tak peduli dengan Tuhan, lalu sibuk mencela mereka dalam hati sambil merasa diri kita telah lebih baik dari mereka, maka sadarilah, itu adalah jebakan hawa nafsu dan bisikan Iblis. Sama sekali bukan tanda-tanda bahwa perjalanan spiritual kita telah naik.

Kondisi bathin kita yang seperti itu biasanya akan terasa menyiksa. Bahkan bisa lebih menyiksa dibanding sebelum kita mendekatkan diri pada Tuhan.

Tanda kenaikan perjalanan spiritual setelah mendekatkan diri pada Tuhan, justru kebalikannya. Hati kita jadi teduh. Bahkan bisa remuk redam. Rasa sedih campur haru yang tak dimengerti. Efeknya kita jadi tak berani bahkan jadi hiba untuk menghakimi orang lain meskipun hanya dalam hati. Karena tergeraknya hati kita untuk mendekatkan diri pada Tuhan dirasakan bukan sebuah prestasi yang bisa kita banggakan apalagi sombongkan. Karena itu terjadi bukan atas jerih payah kita sendiri. Tapi adalah berkat pemberian dari Tuhan. Sebuah warid atau rahmat Tuhan untuk diri kita. Karena itulah kita jadi hiba terhadap siapapun yang belum diberi Tuhan hal yang sama seperti kita. Maka dalam kondisi bathin seperti itulah kita baru bisa tergerak untuk mendoakan orang lain dengan tulus, agar mereka juga mendapatkan kemurahan Tuhan seperti yang kita alami.

Tapi untuk bisa selamat dari jebakan spiritual seperti itu memang tidak mudah. Karena tipuan hawa nafsu dan bisikan Setan itu begitu halus. Karena itulah kita harus selalu waspada dan mohon perlindungan pada Tuhan, agar kita tidak terjebak dalam ujian pendakian rohani tahap awal seperti itu. Dan sekaligus itu sebagai bukti, bahwa sekejap pun kita sebenarnya tak boleh lepas dari Tuhan. Hati kita harus selalu digantungkan padaNya.  Harus selalu bersandar total hanya padaNya. Karena tanpa bimbingan langsung dari Tuhan, kita tak kan pernah bisa selamat. Kita tak punya daya dan kekuatan apapun sama sekali untuk itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Bahaya Ingin Cepat Makrifat: Masuk Perangkap Setan!

Makrifat maksudnya tentu saja makrifatullah. Mengenal Allah. Mengenal maksudnya bukan hanya tahu secara teori (ilmul yaqin). Tapi memang sudah merasakan kehadiran (hudur) Tuhan dalam hati. Sudah menjadi pengalaman yang menyelimuti diri (haqqul yakin). Yang pertama itu disebut sebagai teori tentang makrifat. Sedang yang kedua adalah pengalaman makrifat. Kalau hanya sekedar makrifat secara teori, itu baru sekedar informasi biasa. Ibaratnya persis seperti kita berpikir, bercerita dan membayangkan tentang sentrum arus listrik. Tapi kita sendiri belum pernah kena sentrumnya. Tapi jika makrifat itu sudah menjadi pengalaman, ibaratnya sama dengan orang yang sudah kena sentrum langsung oleh arus listrik. Sekujur tubuhnya akan geger. Mukanya pucat, jantungnya berguncang hebat dan kesadarannya akan remuk dalam seketika. Dia mendadak jadi blank. Hilang kesadaran. Menjadi fana dalam sekejap. Setelah siuman dan sadar, dia akan jadi melongo. Terdiam sambil geleng-geleng: “Benar benar mengerika...