Langsung ke konten utama

Cara Cepat Selamat dari Kebencian dan Caci Maki

Salah satu cara cepat selamat dari rasa kebencian dan mencaci maki siapapun, baik jika itu kita ucapkan secara terang-terangan maupun jika kita pendam dalam hati, adalah dengan menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan. Biarkan Tuhan yang menilainya. Biarlah Tuhan yang menjadi hakimnya. Jangan sampai kita terjebak main hakim sendiri. Karena kita tidak tahu, siapa yang lebih baik atau lebih buruk diantara sesama kita dimata Tuhan. Boleh jadi orang yang sangat kita benci itu, justru lebih baik dimata Tuhan. Atau sebaliknya. Kita tidak pernah tahu yang sebenarnya. Itu sepenuhnya adalah rahasia Tuhan.

Bagaimana pun baiknya kita menurut diri kita sendiri, sedikitpun kita tidak boleh merasa GR, merasa hebat dan merasa mulia dihadapan siapapun, apalagi di hadapan Tuhan. Kita harus selalu merasa belum ada apa-apanya. Pengakuan bathin seperti itulah yang akan menyelamatkan kita ketimbang merasa diri kita sudah lebih baik dari orang lain. Kita harus selalu merendahkan hati, membuang ego dan berharap kemurahan Tuhan agar hati kita dilembutkan dan diteduhkan oleh Tuhan.  

Tapi itu memang tidak mudah. Hawa nafsu dalam diri kita sekaligus bisikan Setan, akan selalu berusaha untuk menggelincirkan kita. Tapi paling tidak, dengan berusaha menyadarinya dan sering-sering mnenghujamkan itu dalam hati, siapa tahu akhirnya Tuhan akan melimpahkan karuniaNya juga untuk kita, sehingga hal itu dilekatkan Tuhan sebagai pakaian kepribadian kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebab dan Tujuan Saya Membuat Blog Wasilun Ini

Sejak saya masuk Islam, akhir Mei 2024, saya sering menuliskan renungan dan munajat spiritual saya di Sosmed seperti Facebook dan WhatsApp. Saya sebut masuk Islam, bukan berarti sebelumnya saya beragama lain. KTP saya sejak lahir Islam. Tapi seingat saya sejak tahun 2000-an, kesadaran saya sudah atheistik. Tak percaya lagi akan adanya Tuhan. Baru pada akhir Mei 2024 itu, secara tiba tiba diluar dugaan saya, saya benar benar meyakini bahwa Tuhan itu ada. Dan bahwa Nabi Muhammad itu benar benar utusan Allah. Itu disebabkan oleh pengalaman yang sangat tragis dalam hidup saya. Tentang ini saya tulis pada postingan lain. Intinya saya akui, bahwa saya baru benar benar syahadat dari hati saya, adalah saat itu. Maka sejak saat itu, setiap usai Sholat hingga menangis, saya sering menuliskan renungan dan munajat saya di Facebook dan WhatsApp. Tapi respon orang, tak seperti yang saya bayangkan. Umumnya datar alias tak menggubrisnya. Bahkan saya juga jadi bahan cibiran dan bullyan dari tem...

Syariat dan Hakikat: Mana yang Benar?

  Solusi Perkelahian Abadi Agama Syariat dan Agama Hakikat Ini adalah perkelahian abadi. Dari dulu sampai sekarang tak pernah usai. Bahkan sampai nanti. Karena keduanya adalah 2 sisi yang berbeda. Persis seperti minyak dengan air. Perkelahian Agama Syariat dengan Agama Hakikat. Syariat itu dimensi zahir sedang hakikat itu dimensi bathin. Syariat itu dimensi tubuh sedang hakikat itu dimensi jiwa. Syariat itu dimensi materi sedang hakikat itu dimensi roh. Syariat itu dimensi fisika sedang hakikat itu dimensi metafisika. Syariat itu dimensi teknis sedang hakikat itu dimensi prinsipil. Syariat itu dimensi partikular (juziyat) sedang hakikat itu dimensi universal (kulliyat). Syariat itu dimensi yang terukur, terbatas dalam ruang dan waktu. Sedang hakikat itu dimensi abstrak yang tak terdefinisikan melampaui ruang dan waktu atau tanpa batas. Syariat itu dimensi relatif sedang hakikat itu dimensi Absolut. Agama di level syariat, adalah syarat dan rukunnya. Seabrek tata cara ya...

Arti Dibalik Isteri Selalu Ketus, Kasar, Marah-marah dan Tak Peduli Perasaan Suami

Bila isteri wataknya sudah berubah menjadi temperamen, sering marah-marah pada kita dan siapapun, mau ada sebab yang jelas atau tidak, ekspresi mukanya tak lagi sejuk pada kita, mulutnya sering ketus, kasar tanpa pernah lembut atau sentuhan perasaan lagi, maka sadarilah, itu tandanya masa expire   hatinya untuk kita sudah tiba.   Mau dia kita nasehati, kita sindir, kita ngambeg, kita diam, apalagi kita marahi, pengaruhnya tak kan ada. Jangankan dia akan menangis, yang terjadi malah dia akan berbalik menerkam kita. Termasuk jika dia kita ancam dengan perceraian pun, air mata cemas dan sedihnya juga tak kan keluar. Paling tinggi yang keluar hanya air mata buayanya. Singkatnya apapun usaha yang kita lakukan, akan percuma. Nasib kita sama dengan meninju tembok. Semakin kita bernafsu untuk memukulnya, maka kita yang akan semakin terluka dan bernanah. Atau seperti Punguk merindukan Bulan. Mau menghiba-hiba hingga menangis darah pun, dia tetap tak kan peduli apalagi berubah. ...